Wajah Kapitayan Dalam DoTA
Dalam ajaran kapitayan─agama jawa kuno yang sering disalah
sebutkan sebagai animism dan dinamisme, penguasa alam semesta disebut sebagai
sang hyang taya. Memanifestasikan diri sebaagai dua sisi yaitu baik dan buruk. Adalah
Tuhan entitas yang memayungi segala sifat kebaikan, di lain pihak, Hantu
memayungi segala sifat buruknya.
Hal ini menarik bagi saya, Hantu dimanifestasikan secara indah dalam
permainan DoTA.
Spectre, yang berarti Hantu, memiliki kedigdayaan tertentu dalam
menghancurkan lawan-lawannya. Kalkulasi dan pewujudan sifat-sifatnya
benar-benar indah dan sesuai apa yang ada dalam pikiran beberapa orang yang
tertarik dengan hal itu. Jika mungkin masih ada pengikut ajaran kapitayan yang
masih setia dengan pengetahuannya, maka sudah selayaknya menggemari permainan
ini. Terlebih karakter spectre.
Sebagai Hantu, dia tak terbendung. Skill pertamanya yang bertajuk ‘Spectral
dagger’ menghadirkan kegelapan yang akut. Kegelapan itu jika merasuk pada
lawannya, akan mengikat sampai batas waktu tertentu. si lawan akan mendadak
lambat dalam bergerak, dalam mengambil keputusan. Tak ayal kalang-kabut. Tapi
bagaimana hal ini bisa menjadi tak terbendung?
Hantu sebagai sisi sebaliknya dari Tuhan jelas memiliki kemampuan yang
tak kalah ampuhnya. Dalam Tulahnya yang menggelapkan dia mampu menembus apapun.
Segala rintangan dalam arena kegelapannya mendadak tak bisa apa-apa, tembus
dia. Dengan kata lain, tak ada yang bisa menghalang-halangi sang Spectre untuk
menghabisi mereka yang ada dalam kegelapannya. Ini mengerikan sesungguhnya.
Spectre bisa juga berarti suatu ketidaknyamanan yang sangat ditakuti
pada masa tertentu, terlebih kedepannya. Benar saja faktor ini tidak luput dari
penggambaran pada permainan tersebut. Karakter spectre sangat lemah di awal. Tapi
akan menjadi tak terhentikan di waktu waktu depannya. Pertumbuhan statusnya
tidak cukup signifikan untuk membentuk tubuh yang digdaya. Tapi sekali lagi
kemampuan-kemampuannya jika didukung dengan barang-barang tambahan yang sakti
akan menyebabkan ketakutan pada masa depan itu tak terhindari oleh lawannya. Itulah
alasan mengapa sebaiknya sebelum tumbuh besar kegelapannya, harus segera
dihabisi. Yah minimal dihambat.
Kemampuan selanjutnya tidak kalah menakutkan. Setiap serangan dari sang
Hantu akan merontokkan zirah apapun yang dipakai lawannya. Demi keseimbangan
permainan, maka ditentukan hal itu akan berlaku hanya ketika si lawan
sendirian, tanpa teman. Dengan kata lain kegelapan menyelubunginya. Bagi
seorang yang cukup banyak mengenal sisi Hantu dan kegelapannya tentu hal ini sangat
mengagetkan. Bagaimana bisa hal seperti ini diperhitungkan dan dimanifestasikan
secara nyaris utuh pada sebuah permainan digital?
Oh ya, ada lagi. Tidak cukup asyik sebuah permainan pertarungan tanpa
adanya sisi-sisi pertahanan dari tiap karakternya. Pertahanan terkadang
diwujudkan dalam bentuk lain, yaitu penyerangan absolute. Atau bisa jadi malah
memanjakan pertahanan absolute itu sendiri. Tapi saya mendapati hal lain dari
sang Hantu. Kemampuan selanjutnya yang bertema pertahanan: ‘dissolve’, mirip dengan kemampuan ‘blur’ dari karakter favorit
kolega saya Levi yaitu ‘Phantom Assasin’. Bedanya, blur memaparkan pertahanan absolute,
dengan memberikan efek blur yang sebenarnya. Membuat serangan si lawan meleset
sejadi-jadinya. Sedangkan dissolve milik sang Hantu memelesetkan srangan lawan
menuju pada lawan lain disekitarnya. Jika kita memukul dalam kegelapan
contohnya, maka tak bisa dinyana pukulan itu akan mengenai kawan kita, atau
malah tembok di jangkauan kita. Merepotkan? Tentu saja.
Kemampuan terakhir yang menjadi andalan sang Hantu, adalah menghantui
semua lawannya. Ya, semua. Ya, dimanapun mereka berada. Sesuai tugasnya, Hantu
menunjukkan sisi kegelapan yang akan mengikuti dan menghabisi tiap-tiap cahaya
atau semangat pada seluruh makhluk. Bisa kita bayangkan kengerian itu, ketika
bayangan kita sendiri berdiri dan menyerang kita. Merontokkan segala pertahanan
kita. Mengalutkan logika dan mempermainkan perasaan kita. Nyaris tak ada yang
bisa dilakukan kecuali melawan bayangan itu sendiri, sesuatu yang meng-Hantu-i kita
itu.
Terpikir untuk lari?
Dalam kegelapan?
Yakin?
Prochnost.
Comments
Post a Comment