Menyesallah
“Kau pilih salah satu!”
“Dia atau aku!”
“Susah payah kau tau, tampil
sebegini menawan aku, kau tau?!”
“Sekarang kau pilih, dia yang
disana atau aku! Cepat!”
“cepat lah kumohon.”
“Aku tak tau apa dayaku
tanpamu.”
“siapa yang tau jika setelah
ini terbuang aku, Cuma kau harapanku.”
“aku pasrah dan lelah akan
keputusan Tuhan mengenaimu…”
“aku lelah, tak ingin kulihat
kau, tolong jangan lihat lagi diriku.”
“aku menyerah….”
Dia yang tadinya bimbang,
seketika sadar, pilihan hanya pilihan. Jika salah satu menyerah, dipilihlah
yang lain. Yang lebih menarik hatinya. Atau seketika dia ingat memori itu? Ya,
rasa manisnya tercecap kembali. Sekali lagi. Maka dipilhlah kue favoritnya yang
dulu. Ditinggalkan kopi yang wangi itu, karna sudah menyerah pada suhu, dikit
demi sedikit menjadi dingin. Tapi tak disangkal masih nikmat jika diminum. Ya. Nikmat.
“KENAPA KAU PILIH DIA KAU
GILA!!!”
Pilihan hanya pilihan.
Kau hanya kopi. Menyesallah selagi
dini.
Prochnost.
Comments
Post a Comment