DIalah Engkau
Pernahkah kau berkaca wahai
manusia? Dalam temaram redam cahaya lilin berkacalah. Buat matamu lelah. Diantaranya
akan muncul telaah.
Empat wajahmu dengan warna
berbeda, dengan tekstur dan perangai berbeda, sedikit banyak akan menyentak
kesadaranmu. Mereka lahir saat engkau hadir. Ikut mereka mengembara denganmu.
Adalah pengejawantahan sifat
manusia mereka. Dia yang hitam. Dia yang kuning padam. Dia yang merah menyala. Dia
pula yang hijau lembut. Dialah engkau.
Yang hitam yang kasar
wajahnya. Dia yang hitam yang membumi. Paling rendah dia. Layaknya tanah yang
rendah. Kasar tak terhindar. Kasarnya cukup nyata terjamah mata. Lekat dia pada
senyawa tanah. Batu, tumbuhan, berlian, dan lain sebagainya yang kasat
pengindraan. Pengejawantahan sifat kemelekatan pada materi. Yang padat dan
membumi. Dialah wajahmu yang dalam wibawanya akan membumi. Tak mau dia jauh
dari bumi. Tegas dan kokoh layaknya gunung yang mengakar. Dengannya tak akan
lepas cengkrammu, pada materi.
Yang kuning padam yang lunglai
wajahnya. Dia yang bergelombang dan mengalir. Lekat padanya air. Mani, mata,
hati, tak lain jangkauannya. Alurnya yang membuatmu hanyut. Tak bijak, maka tak
kuasa kau tahan arusnya. Sedihmu bisa menghanyutkan. Senangmu bakal tak
terbendung. Tak kan berhenti tangismu pada lawanmu jika kau hiraukan. Pengejawantahan
sifat kemelekatan pada emosi. Yang luwes dalam mencintai. Dialah wajahmu yang
dalam kasihnya akan menghidupi kekeringan. Dengannya tak akan lepas cengkrammu
pada lawan jenismu, pada kasih yang terselubung.
Yang merah menyala yang garang
wajahnya. Dia yang menyulut keatas. Lekat padanya api. Amarah, Kedirian, Keberanian
jati dirinya. Tak akan dia tunduk. Mendongak perangainya. Dialah dirimu yang
tak kan mudah padam. Tak bijak, maka tak kuasa kau tahan panasnya. Dia yang
menghanguskan rintanganmu, termasuk dirimu. Pengejawantahan sifat semangat dan
amarah. Merahnya akan membangkitkanmu. Tapi juga meleburkanmu. Yang halus
naamun mencolok. Darinya lahir iri dan dengkimu. Jubah kesombongan milik Tuhan
dipinjamkan padanya.
Yang hijau yang tenang
wajahnya. Perangainya halus dan penuh pekerti. Layaknya angin dia; menyejukkan
dikala panas, menusuk tulang dikala dingin. Dialah pengejawantahan sifat
kebaikan. Disampingnya bergumul kelembutan. Layaknya angin dia halus. Dia yang
akan menyelubungi berbagai sifat lain. Dalam nama kebaikan. Tak bijak, maka
terjerumus dalam selubungnya. Kau gadaikan kebaikan demi tujuan. Layaknya udara
yang tak selalu terjamah, melebur dia antara satu dengan yang lain. Adalah ketika
sombongmu berbalut nama kebaikan, atau keinginanmu menguasai, atau kalkulasi
keuntunganmu mendominasi, disamarkan melalui halusnya; maka pengaruhnya padamu
sempurna.
Keempat wajah itu adalah nafs.
Merekalah kuda yang dikendalikan Krishna. Merekalah empat kiblat saudaramu. Merekalah
ujian terberatmu, manusia. Tanpa mereka tak mungkin kau ada. Tanpa mereka tak
seru permainnannya. Tanpa mereka mungkin Adam masih disurga. Pahami mereka dan
muslihatnya; jauh kau dari nestapa.
Prochnost.
Comments
Post a Comment