J-U-D-I Harga Mati
Judi harga mati. Tak ada
seorang pun yang menyadari, keseluruhan hidupnya ini berjudi. Jadi?
Sebuah runtutan pernyataan itu
terus-terusan kupikirkan. Harmoni kata yang muncul dari seorang penjudi. Malam
itu. Di jeruji yang sama denganku.
Awalnya sangsi aku, maksudnya
apa? apa dia coba meracuni pikiranku agar jadi penjudi sepertinya? Apa dia coba
mencegahku agar tidak mengikuti jalannya?
Katanya, tidak ada manusia
yang tidak berjudi dalam hidupnya. Semua perilaku sebenarnya penuh dengan
ketidakpastian. Rencana, cita-cita, masa depan, dan lain sebagainya. Katanya, jika
manusia tidak berjudi, berarti manusia itu sudah mati. Bahkan budak pun
berjudi. Benar juga kalau kupikir-pikir.
Ah, benar! Budak mendapati
posisinya berada pada tataran paling bawah, kalau tidak salah. Wajar mereka
berjudi. Mereka mungkin lelah dengan keadaan mereka yang tak kunjung berubah. Bisa
jadi sebagai pengharapan jalan pintas menuju keatas. Siapa yang tidak suka
jalan pintas?
Tapi semalam dia bilang semua
manusia. Berarti tidak hanya kaum rendahan saja, kan?! Katanya para pialang
saham juga berjudi. Iya memang banyak yang bilang begitu. Kasat mata, mereka
menafsir naiknya harga mata uang satu terhadap lainnya, dan mengambil
keuntungan dari tiap poin transaksi diantaranya. Untuk itu mereka harus
mengatur dan menghitung. Menimbang mana kiranya yang akan melejit angkanya. Untuk
itu beberapa dari mereka kemudian sengaja memborong untuk menurunkan harga. Lalu
dilepas begitu saja. Kalau satu jatuh, sudah pasti yang tak jatuh terlihat
lebih tinggi bukan? Mungkin perhitungan dan pengharapan seperti itu yang
disebut olehnya judi.
Berarti itu Cuma golongan
tertentu saja ya? Tapi semalam dia bilang semua manusia. Bagaimana dengan
pemuka agama? Mungkin mereka bandarnya, ya? Menebarkan tawaran-tawaran yang
sebenarnya tersangkut ketidak pastian. Pengikutnya dibujuk untuk bertaruh. Pada
Bandar mana mereka bisa menang. Pada aliran mana mereka bisa masuk surga. Ya,
bisa jadi surge merupakan hadiahnya. Tapi apa itu yang dia maksud semalam ya?
Semalam di bui aku. Bertemu aku
dengannya di dalam jeruji yang sama. Aparat menangkapku waktu lewat dijalan
depan SMP itu. Lapar aku, martabak jadi lezat sangat dalam anganku. Sampai kutau
tanganku ditarik, dipaksa masuk mobil itu. Dengar aku kata mereka. Tak yakin
sebenarnya salah satunya mereka. Tapi diciduk saja aku, dilihat nanti katanya.
Eh tunggu, bukankah itu judi
juga namanya ya? Apa itu yang dimaksud dia semalam?
Apa jangan-jangan dia korban salah tangkap seperti aku?
Ah, tidak. kalau memang iya, sudah bebas dia seperti aku.
Lah, aku sedang berjudi saat ini berarti?
Prochnost.
Aku juga lagi berjudi pas nulis komen ini vre
ReplyDelete