Aku Buta Mereka Tuli dan Kami Bisu

Pada lampu merah di suatu siang yang cerah, dua gadis bersepeda motor sibuk saling tunjuk. Mereka tuli. Berboncengan dengan sepeda motor automatik biru. Keduanya berkerudung senada.

Entah apa yang mereka coba katakan satu sama lain, tapi tak seperti yang kuduga pada umumnya penyandang disabilitas sejenis, tak ada sedikitpun suara terdengar. Mulut rapat, tapi saling berucap. Pikirku awalnya: lalu bagaimana bisa mereka saling sahut?

Ya, bahasa isyarat tentu.
Tapi, tapi...

Bagaimana cara pengendara berbincang pada yang dibonceng?
Ooh, spion kiri medianya!

Boleh juga.

Kehebohan perbincangan tampak jelas buatku melalui gerakan bahasa isyarat yang semakin cepat dan tegas. Mungkin mereka sedang membicarakan teman; membahas agenda; menyamakan suara akan idola; bahkan bisa jadi membicarakan keadaan sekitar saat itu. Apa saja bisa menjadi kemungkinan bahan perbincangan mereka.

Jangan-jangan mereka merencanakan aksi pengeboman? Kudeta? Menderma? Suaka? Atau hanya sesimpel mau makan apa?

Tak pernah kulihat hal semacam ini sebelumnya; takjubku masih bersisa.
Lalu pertanyaannya adalah:

Bagaimana respon mereka terhadap klakson?

                                                      Prochnost.

Comments

Popular Posts