Jangan Keburu Dibaca

Tidak ada yang spesial pada Abbas, kerana dia bukan Nabi.

Tapi satu hal menurutku yang patut disorot, ternyata dia seorang DJ (Abas_DJ, Akun Instagram). Entah DJ dari tim Via Vallen, atau akronim dari Dieng-Journey, atau apapun yang hanya dia sendiri yang bisa menjawabnya. Bahkan bisa jadi anak-anak pembuat film dalam proyek Fasilitator Vidio nya tak tau. Bisa jadi.

Blitar banyak mencetak bibit-bibit unggul. Jagung di daerah dekat pantai Jolosutro terbukti cukup mampu menyokong ketersediaan wilayah Malang. Juga mencetak banyak ahli-ahli pembuat soto Lamongan yang memiliki andil signifikan dalam kehidupanku di Malang. Tapi mungkin ini semua pelik dan tak berhubungan dengan bagaimana tulisan-tulisan Abas pada blognya. Sudah kubilang dari awal jangan keburu dibaca, kan?

Jika pada awalnya Abas belum begitu serius dalam menulis postingan, lambat laun mulai terdengar gaungnya. Kemampuan dia untuk mengangkat Via Vallen dan lagu-lagu campursari lainnya ditengah berkecambuknya wacana tewur “kemegahan-kebusukan dunia malam” di sekitarnya harus diapresiasi. Singkat kata, temui Pak Lono atau Pak Bayu. Ya memang kalimat sebelumnya terlalu panjang dan melelahkan. Sengaja.

Aku tak akan membahas tulisan Abas mengenai Walter Benjamin. Hair tau alasannya.

Sedikit saja komentarku mengenai komentarnya terhadap Mas Aji. Poster yang sedemikian rupa itu sengaja dibuat dengan [Jang-ré] Parodi. Entah apa definisi pastinya tidak terlalu penting.

Hal paling penting dari review ini adalah: teruskan. Jadilah juara dan dampingi semua teman-temanmu dalam mengarungi polemik dan kompleksitas KBM ini.

Jika dirasa kurang, ada sesi konsultasi diluar ini, hanya dengan lima ribu rupiah saja.

Prochnost.