Dialog dengan Spion tadi
"Berarti kita semua harus
bersekolah tinggi supaya berhasil? Bagaimana
anak tukang reparasi payung bisa bersekolah tinggi?"
“Bukan, bukan sekolah! Pengetahuan lah yang berkembang. Sekolah memang bagus untuk memberikan
dasar pengetahuan, namun tidak
memberikan pengetahuan yang berlaku di masyarakat.
Maksudku adalah pengetahuan yang mengikuti
tren. Aku mengenal seseorang yang lulus S1 sekitar 15 tahun lalu. la bekerja di sebuah perusahaan
komputer, dan pekerjaan ini sangat
cocok untuknya yang memang lulusan S1 di bidang ilmu
komputer. Kemudian terjadilah masalah. la terlalu menikmati pekerjaannya. la bertahan di sana selama
bertahuntahun, bahkan menangani
tugas sejenis selama 10 tahun, yaitu memasukkan
program ke komputer. Orang ini menikmati pekerjaan
yang dilakukannya dengan egoisme sebagai seorang pakar komputer andal. la menutup diri dari pengetahuan yang terus berkembang di dalam masyarakat.
Sampai sekarang, ia bahkan tidak
mengenal Internet. Hih...
padahal aku saja tahu!"
"Apa yang terjadi? Sampai
sekarang orang ini masih bekerja
di perusahaan yang sama. la cuma menjadi pegawai rendahan yang menerima gaji kecil, yang bahkan kalah jauh dari rekan kerjanya yang lulusan SMA
namun ahli di bidang Internet
dan Web, karena memang hobi merancang dan membuat Web."
"Tragis, bukan? Tapi itu lah kenyataannya. Ilmu baku tidak akan
banyak menolong. Kita harus bergerak secepat angin untuk mengikuti tren di
masyarakat. Jika sekarang zaman Internet, pelajari apa itu Internet; jika
sekarang zaman politik, ketahui apa itu politik, dan ambillah yang paling
menarik, yang menurutmu dapat dipelajari dengan penuh kesungguhan. Lalu, ikuti perkembangannya!
Itu lah yang kumaksud dengan pengetahuan yang berkembang, dan bukan yang
berjalan di tempat!"
"Setelah semua itu menjadi kenyataan, dan manusia mendapatkan apa
yang diingininya, apa yang selanjutnya harus ia lakukan?"
"Bersiap menghadapi perubahan."
"Maksudnya?"
"Kenikmatan yang didapat dengan usaha sendiri memang layak untuk
dinikmati. Namun terkadang manusia terlalu dibuai kenikmatan dalam dirinya dan
menjadi lengah sehingga lupa bahwa kenikmatan itu bisa berubah kapan pun tanpa
ia ketahui, dan sirna secara tiba-tiba sekali!"
"Contoh nya?"
"Banyak sekali orang yang berhasil di satu bidang usaha, diam menikmati
hasilnya. Mereka berharap bahwa usahanya yang sukses itu akan membuatnya nyaman
seumur hidup, tanpa berpikir bahwa mereka hidup di dunia nyata, di mana segala sesuatu
dapat berubah dengan cepat tanpa mampu dihentikan!"
"Yang terjadi kemudian adalah jika suatu saat nanti usaha itu tidak
lagi membuahkan hasil, mereka akan putus asa dan tidak mampu lagi melakukan
apa-apa. Yang biasanya terjadi, mereka duduk diam sambil merenungi nasib tanpa
mengambil tindakan apa pun."
"Kalau begitu, kamu adalah orang yang pesimis. Mengapa kita harus
takut kalau-kalau apa yang sudah kita lakukan akan berubah menjadi
kegagalan?"
"Aku tidak berkata bahwa kita harus hidup dalam ketakutan. Aku
hanya mengatakan bahwa kita harus siap menerima perubahan, dan kita tidak boleh
bersikap statis di dalam hidup.
"Setelah kita menemukan apa yang kita mau, bukan berarti kita lalu diam
dan tak melakukan apa-apa. Kita malahan harus berpikir tentang apa lagi yang
perlu dilakukan agar semuanya berkembang menjadi lebih baik. Sebagai manusia,
kita harus cerdik, menggabungkan insting dengan pemikiran, kreatif, mampu
menghadapi perubahan yang datangnya tiba-tiba, serta tidak bersikap statis.
Kita harus terus bergerak dan berkarya serta tidak duduk diam sekadar menikmati
hasil yang sudah kita peroleh!"
"Kurasa aku mengerti."
"Masak iya?"
"Pernahkah kamu mendengar ada orang yang enggan pindah kerja,
walaupun ditawari penghasilan yang lebih baik di tempat yang baru, hanya karena
ia sudah menikmati bekerja di tempatnya yang sekarang dan tidak mengenal tempat
baru yang baru, sehingga akhirnya ia bertahan di tempat lama dengan penghasilan
yang segitu-segitu saja? Atau, seorang istri yang dianiaya suaminya selama
bertahun-tahun, namun tetap tidak berani bercerai? Atau, seorang pria yang
hendak bunuh diri karena putus cinta dengan pacarnya?”
"Sering sekali. Misalnya, kasusdi mana seorang suami memukuli istrinya,
namun si istri bertahan dan enggan bercerai. Hal ini sampai sekarang masih
menjadi pertanyaan besar bagiku."
"Itu karena manusia takut akan perubahan dan merasa lebih baik
untuk diam menikmati hasil alih-alih bergerak dengan pola kreatif. Ingatlah,
semua hal dapat berubah secara tiba-tiba dan mengejutkan, dan kita harus
sanggup mengikuti pola perubahan jika ingin berada di posisi bertahan."
"Tapi pada kasus ini, kurasa si istri tidak menikmati hasil. Yang ada
adalah kekerasan, bagaimana kamu bisa mengatakan diam dan menikmati hasil?”
"Secara logika mungkin memang begitu, namun yang sebenarnya terjadi
adalah ketakutan untuk melanjutkan perjalanan: Bagaimana jika langkah yang
ditempuhnya akan membawanya ke kondisi yang lebih parah? Bagaimana dengan pandangan
orang atau teman-temannya? Bagaimana dengan kehidupan anak-anaknya? Kondisi ini
menciptakan sebuah kenikmatan maya untuk juga ketakutan maya melangkah lebih jauh.
Konyol, bukan?"
"Sayang sekali banyak manusia takut untuk berubah dan bergerak
seiring perubahan yang terjadi."
"Sangatbanyak."
"Namun tidak semua manusia."
"Mungkin juga."
Prochnost.
Wow.. aku sukak tulisanmu ini, Cak. Kayak yang sering aku pikirin.
ReplyDelete