Biji-mu Biji-ku Biji-mereka
Pada
tahun 1992 pengusaha swasta melakukan pinjaman devisa scara besar-besaran
dengan menggunakan bank-bank swasta sebagai kendaraan. Meskipun pemerintah
membentuk Panitia Kredit Luar Negeri (PKLN) untuk mengontrol pinjaman luar
negeri, namun tetap terjadi pembengkakan utang swasta. Sementara PKLN hanya
berhasil menahan pertumbuhan utang BUMN.
Mayoritas
utang pengusaha swasta dijamin oleh commercial
paper yang memiliki jatuh tempo 5 tahun. Ketika jatuh tempo pembayaran 5
tahun berikutnya (1997), terjadi gejolak moneter yang dahsyat, sehingga para
pengusaha tersebut tidak dapat mengembalikan utangnya yang mengakibatkan
merosotnya nilai tukar rupiah. Untuk mengatasi krisis moneter tersebut pada
Januari 1998 Michael Camdessus (Managing Director IMF) berhasil memaksa
Soeharto untuk menandatangani letter of
intent yang menyangkut restrukturasi
perekonomian Indonesia, dimana disambut dengan sorak-sorai para birokrat
moneter dan pakar ekonomi yang bernaung dibawah wacana developmentalism-modrn.
Skema
serupa sudah lama muncul; bukan merupakan suatu yang baru, semenjak era
melejitnya Brazil diranah pasar komoditas global melalui produksi kopi. Pada
dasarnya Brazil mengenal kopi sudah sejak 1727, akan tetapi hasil penanamannya
tidak mengalami perkembangan yang signifikan hingga 1822 (kemerdekaan Brazil).
Setelah insiden Boston Tea Party pada tahun 1773, mulai banyak masyarakat
Amerika yangsecara sengaja beralih dari teh ke kopi, terutama selama masa
revolusi Amerika. Hal tersebut dikarenakan stigma bahwa minum teh dianggap
sebagai tindakan tidak patriotik. Dengan peralihan tersebut tentu saja
meningkatkan permintaan pasar terhadap komoditas kopi, dimana Brazil adalah
wilayah terdekat penghasil kopi. Peningkatan produksi kopi di Brazil secara
besar-besaran dilakukan setelah kemerdekaan. Dengan bantuan Amerika -melalui
diperkenalkannya sistem kredit yang bukan lagi bersifat domestik pada perbankan
modern, lahan hutan di sekitar wilayah Rio dan Sao Paulo dibabat habis untuk
perkebunan kopi skala besar.
Produksi
berlebih menyebabkan menurunnya harga jual. Bagaimana bisa terjadi? mudah saja,
dengan mengetahui potensi pengumpulan kapital skala besar melalui komoditas
kopi, pengusaha swasta (terutama lokal) mulai bermunculan dengan tujuan sama. Sebagian
besar tentu saja memanfaatkan sistem pinjaman devisa melalui bank-bank swasta,
berlanjut pada membengkaknya biaya agunan atas komoditas yang tidak laku karena
stok jauh melebihi permintaan pasar. Untuk melindungi industri kopi -dan
kepentingan elit perkopian lokal (Fridell,2007), pemerintah Brazil pada tahun
1906 menerapkan skema valorisasi dengan membeli kelebihan sisah hasil panen
kopi dan menjualnya di pasar internasional melalui bank (Fausto, 1999). Dengan
demikian harga kopi menjadi cenderung stabil, tidak jatuh maupun naik terlalu
jauh. Hampir bubarnya industri kopi Brazil tersebut dikarenakan perkebunan
disana sangat bergantung pada tenaga buruh (dalam hal ini budak). Dengan
dihapusnya sistem perbudakan pada 1888 maka cukup memberi dampak signifikan
pada proses produksi kopi. Terlebih setelah era mesin berkembang pesat, dan
munculnya mesin Espresso modern oleh Fernando Illy pada tahun 1904, dimana
pengolahan bahan baku kopi menjadi lebih efektif dan efisien.
Lantas?
Cintailah
produk-produk Illy's jika kalian tidak suka dengan perbudakan. Dilain pihak
lakukanlah boycott terhadap
produk-produk Illy's dan jadilah budak itu sendiri.
Apa dengan postingan ini pihak Illy's lantas menjadikanku ambasador marketingnya?
Simalakama,
Prochnost.
Biji flare.
ReplyDeletelebih lanjut tentang biji flare bisa diakses di link berikut http://bulbapedia.bulbagarden.net/wiki/Seed_Flare_(move)
aku kopi kinanthi aja lah
ReplyDelete