Biji-Enerji

Dieng!

Dalam sekejap mata gundukan tanah dan bebatuan didepan kami menjorok ke udara. Mirip sekali bentuknya dengan bibir; seakan bumi mencoba mencium langit, berusaha bersatu untuk saling mengikat sebagai bentuk pertukaran setara.

Memang masih terdapat beberapa glitch jika dilihat dengan teliti, tapi beberapa orang menyebut itu bagian dari ketidak sempurnaan hidup -layaknya seni.

"Tu kau lihat, bahkan sebagai pemrakarsa teknologi mutakhir, mereka masih percaya otak-atik-gathuk." Bisikku padanya.

Tak ada respon.

Sepertinya dia terkagum-kagum benar pada pertunjukan hologram ini. Tak digubris celotehku. Apa kira yang dia pikir. Tadinya aku yang merengek minta kesini, kan?!

Comments

  1. ini gila. bagaimana orang mau untuk hidup di dunia nyata bila ada dunia virtual seperti ini? bayangkan saja, kau bisa sarapan dengan pemandangan gunung fuji dan malamnya kau bisa makan malam dengan menara Eiffel di depan mata.

    atau bisa lebih gila lagi. mungkin aku bisa menjadi Cardcaptor Sakura dan Sailor Moon di dunia ini.
    ah. ini menyenangkan!

    ReplyDelete
    Replies
    1. "hei kau dengar tidak?" Tambahku.

      Ah sudahlah, memang pada dasarnya dia yang sangat menginginkan kesini. Bapakku mengisyaratkan untuk berbulan madu tidak perlu jauh-jauh, atau setidaknya umroh setelah haji. Tapi abahnya membisikkan padaku untuk memberikan padanya apapun yang tak bisa beliau berikan. Setidaknya untuk saat ini efisiensi yang kupikirkan, permintaan keduanya kulaksanakan sekaligus liburan.

      "Kalau ini kelak menggantikan realita sesungguhnya, bagaimana rasanya nanti makanan ya? Apa lidah kita dipasangi sensor?" Gumamku.

      Delete
    2. "hah? apa tadi kau bilang?"
      baru tersadar kalau aku tak sendirian. aku mematikan perangkat yang memanggil-manggil untuk dibawa pulang tersebut dan menengadah menatap wajahnya yang pasrah namun menahan senyum, tapi juga terlihat berpikir di saat bersamaan.

      ia mengulang gumamannya dan aku mendengus. "hal itu mungkin, tapi mungkin bukan untuk tujuan mengenyangkan perut yang jelas tidak mungkin terjadi. bisa jadi nanti akan ada waktunya sebelum kita benar-benar membeli makanan, kita bisa mencobanya dulu dengan sensor yang kau bilang."

      Delete
  2. Perutku mulai bergejolak.

    Antara membayangkan makan nasi dengan rasa teh tawar, dengan efek dari wasabi yang kusikat tanpa babibu.

    "Ini kalau kebelet apa bisa di digitalkan?" Celotehku.
    "Yuk, lanjut cari toilet dan beberapa kudapan habis itu."

    ReplyDelete
    Replies
    1. dasar. manusia satu ini mungkin ususnya memang pendek. atau bahkan tidak punya usus.

      sembari menunggu dia menunaikan panggilan alam, aku membayangkan akan makan apa saja nanti.
      ah apapun makanannya sepertinya aku akan menunggu dia ke toilet lagi.
      hmm. sepertinya ini salah satu waktu luangku selama bulan madu ini. menunggu manusia tanpa usus di toilet.

      Prochnost.

      Delete

Post a Comment

Popular Posts