Matilah Identitas, Tersisa Kartu Tanda Penduduk Sahaja

Menurut mitos yang dipercayai oleh orang-orang Zulu di Afrika, pada awalnya Tuhan Pencipta yang dikenal sebagai Unkulunkulu sepakat untuk menganugerahi manusia dengan kekekalan (immortality). Kemudian diutus-Nyalah seekor bunglon untuk mengabarkan berita ini kepada manusia: bahwa manusia tidak akan mengenal segala bentuk penderitaan: penyakit, ketuaan, dan kematian. Mereka akan hidup dalam kebahagiaan yang abadi. Bunglon itu berjalan sangat lamban, dan sering berhenti untuk mencari makanan sehingga berita ini belum juga sampai ke manusia. Entah karena alasan apa, Unkulunkulu kemudian berganti pikiran. Diutus-Nyalah seekor kadal untuk mengabarkan kepada manusia bahwa mereka akan mengalami kematian. Walaupun berangkat belakangan, kadal ini sampai ke tempat tujuan lebih dahulu. Berita tentang kematian diterima dengan pasrah oleh manusia. Bunglon yang lamban akhirnya sampai juga, namun beritanya (tentang kekekalan) yang bertolak-belakang dengan apa yang disampaikan oleh kadal tidak dipercayai oleh manusia. Sejak saat itulah, manusia mengalami kematian. Kegagalan manusia dalam menikmati kehidupan yang kekal bukanlah disebabkan oleh kesalahan manusia itu sendiri, melainkan semata-mata karena kelalaian seekor binatang yang menyampaikan berita Tuhan.

Mitos yang bernada sedikit berbeda disajikan oleh suku Gudji dan Darasa di Afrika. Pada awalnya tidak ada satu makhluk pun yang mengalami kematian. Semuanya hidup dalam kekekalan. Kemudian pada suatu hari timbul kemelitan (curiosity) dalam benak Tuhan untuk menguji siapakah gerangan yang lebih patut menikmati kekekalan, lakiaki ataukah ular. Sang Pencipta selanjutnya mengadakan perlombaan di antara kedua makhluk itu. Di tengah lomba balap ini, laki-laki bertemu dengan wanita. Karena terpikat oleh kecantikannya, ia berhenti untuk bercakap-cakap. Sedemikian lama percakapan ini berlangsung sehingga ia tertinggal jauh dan si ular sampai lebih duluan. Tuhan kemudian berkata kepada laki-laki: “Kamu telah kalah. Ular ternyata lebih berharga daripada kamu. Binatang ini akan Kuberkahi kehidupan yang kekal, sedangkan kamu akan mengalami kematian. Demikian pula semua keturunanmu.” Mitos ini menempatkan wanita sebagai penggoda yang menghalangi upaya manusia dalam meraih kekekalan, suatu tema utama yang lazim terdapat dalam masyarakat yang kurang begitu menghargai harkat serta martabat kaum wanita. Sementara itu, ular dianggap memiliki ekekalan mungkin karena kemampuannya dalam berganti kulit [Jawa: mlungsungi], yang seolah-olah dapat terus memperpanjang atau emperbaharui kehidupan. Padahal, dalam kenyataan yang dapat dibuktikan sekarang ini, ular pun sebenarnya tidak luput dari kematian.

Singkat kata, identitas bukan semata muncul dari apa yang kalian sebut atau tulis atau tampilkan, melainkan dari niat kalian ingin memunculkan identitas berupa apa dan atau bagaimana.

Lalu saya? ya sama saja seperti kalian, sama-sama bisa mati.

Tapi sesungguhnya memilih mati itu lebih mudah daripada memilih menjalani hidup. Salutku kepada kalian yang tetap mencoba bertahan hidup.

Prochnost.

Comments

  1. harus diingat juga bahwa cicak (cozymbotus platyurus) mampu memutuskan ekornya sendiri demi melepaskan diri dari pemangsa.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts